Local Food 001
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
LOCAL FOOD :
1. Rendang
Rendang adalah masakan yang berasal dari suku Minangkabau tetapi saat ini umum disajikan di seluruh Indonesia. Rendang merupakan salah satu makanan khas dari kebudayaan Minangkabau yang disajikan pada saat-saat penting seperti upacara atau untuk menghormati tamu. Rendang dibuat dari daging sapi (atau dapat juga dari daging ayam, kerbau dan bebek, atau nangka dan ubi kayu) yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah selama beberapa jam sampai airnya habis dan daging menyerap bumbu rempahrempah. Proses memasak berubah dari merebus menjadi menggoreng saat airnya menguap. Rempah-rempah yang digunakan yaitu jahe, kunyit, lengkuas, daun jeruk, dan cabai. Rendang ayam atau bebek juga biasa ditambahkan dengan asam jawa dan waktu pemasakannya tidak selama rendang daging sapi.
Ada dua jenis rendang yaitu rendang kering dan basah. Rendang kering dapat disimpan selama 3-4 bulan dan biasanya dimasak dalam acara-acara penting untuk menjamu tamu. Rendang basah, atau biasa disebut kalio, dapat ditemui di rumah makan Minangkabau tanpa dibekukan, dan masih dapat dikonsumsi dalam jangka waktu sebulan.
Rendang sering disajikan dengan nasi di Indonesia, tapi di Malaysia, pangan ini juga disajikan dengan ketupat dan lemang. Rendang, empal dan semur yang dimasak secara tradisional diolah dengan cara mencampurkan daging potong dengan bumbu atau campuran rempah-rempah, kemudian dimasak sampai matang dengan santan untuk rendang atau dengan minyak kelapa sawit untuk empal. Bumbu yang biasanya dipakai dalam memasak rendang adalah cabai, bawang putih, bawang merah, dan rempah-rempah lainnya. Karena masing-masing produk memiliki kadar air yang tinggi, yaitu 60-70%, produk-produk tersebut cenderung untuk cepat rusak pada suhu ruang.
2. Sate
Dinobatkan sebagai makanan terenak ke-14 versi CNN pada tahun 2017 silam membuat kelezatan sate semakin terkenal di muka pecinta kuliner dan masyarakat di dunia. Memadukan potongan daging sapi atau kambing yang lembut dan bumbu rempah gurih, tak heran hidangan sate selalu laris diburu sebagai menu santapan sehari-hari. Terlepas dari cita rasanya, sate juga memiliki garis sejarah yang cukup panjang. Berawal dari suatu ketidaksengajaan, sate kini menjelma menjadi primadona dari menu olahan daging. Dilansir dari berbagai sumber, asal mula terciptanya sate dicetuskan oleh santri Sunan Gresik bernama Satah.
LOCAL FOOD :
1. Rendang
Rendang adalah masakan yang berasal dari suku Minangkabau tetapi saat ini umum disajikan di seluruh Indonesia. Rendang merupakan salah satu makanan khas dari kebudayaan Minangkabau yang disajikan pada saat-saat penting seperti upacara atau untuk menghormati tamu. Rendang dibuat dari daging sapi (atau dapat juga dari daging ayam, kerbau dan bebek, atau nangka dan ubi kayu) yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah selama beberapa jam sampai airnya habis dan daging menyerap bumbu rempahrempah. Proses memasak berubah dari merebus menjadi menggoreng saat airnya menguap. Rempah-rempah yang digunakan yaitu jahe, kunyit, lengkuas, daun jeruk, dan cabai. Rendang ayam atau bebek juga biasa ditambahkan dengan asam jawa dan waktu pemasakannya tidak selama rendang daging sapi.
Ada dua jenis rendang yaitu rendang kering dan basah. Rendang kering dapat disimpan selama 3-4 bulan dan biasanya dimasak dalam acara-acara penting untuk menjamu tamu. Rendang basah, atau biasa disebut kalio, dapat ditemui di rumah makan Minangkabau tanpa dibekukan, dan masih dapat dikonsumsi dalam jangka waktu sebulan.
Rendang sering disajikan dengan nasi di Indonesia, tapi di Malaysia, pangan ini juga disajikan dengan ketupat dan lemang. Rendang, empal dan semur yang dimasak secara tradisional diolah dengan cara mencampurkan daging potong dengan bumbu atau campuran rempah-rempah, kemudian dimasak sampai matang dengan santan untuk rendang atau dengan minyak kelapa sawit untuk empal. Bumbu yang biasanya dipakai dalam memasak rendang adalah cabai, bawang putih, bawang merah, dan rempah-rempah lainnya. Karena masing-masing produk memiliki kadar air yang tinggi, yaitu 60-70%, produk-produk tersebut cenderung untuk cepat rusak pada suhu ruang.
2. Sate
Dinobatkan sebagai makanan terenak ke-14 versi CNN pada tahun 2017 silam membuat kelezatan sate semakin terkenal di muka pecinta kuliner dan masyarakat di dunia. Memadukan potongan daging sapi atau kambing yang lembut dan bumbu rempah gurih, tak heran hidangan sate selalu laris diburu sebagai menu santapan sehari-hari. Terlepas dari cita rasanya, sate juga memiliki garis sejarah yang cukup panjang. Berawal dari suatu ketidaksengajaan, sate kini menjelma menjadi primadona dari menu olahan daging. Dilansir dari berbagai sumber, asal mula terciptanya sate dicetuskan oleh santri Sunan Gresik bernama Satah.
Pada suatu hari, ia memotong daging kecil-kecil kemudian agar mudah dibakar, Satah pun menusukkan seluruh daging potongannya ke sebilah batang bambu. Setelah dagingnya matang, Satah membagikannya pada masyarakat sekitar, dan tak disangka masyarakat sangat menyukai hidangan yang dibuatnya. Kendati demikian, sayangnya masih sedikit literatur yang membahas tentang hal tersebut. Informasi lain menuturkan sate muncul sekitar abad ke-19. Pada saat itu, hidangan daging bakar tersebut mulai populer di sekitaran Pulau Jawa. Konon, masuknya sate ke dalam menu santapan zaman dulu tak terlepas dari pengaruh kebab, yakni kuliner khas Timur Tengah yang dibawa oleh pedagang Muslim Tamil dan Gujarat saat berdagang ke Indonesia. Menurut pakar kuliner, Arie Parikesit, sejarah versi Tamil merupakan asal mula sejarah sate yang paling mendekati kenyataan.
“Yang alurnya lebih mendekati dari fakta zaman dahulu kala adalah versi Tamil. Orang Indonesia dulu memasak dengan berbagai cara, salah satunya adalah memanggang. Setelah munculnya pendatang luar ke Tanah Air, termasuk Tamil maka terjadilah pertukaran budaya, termasuk kuliner,” jelas Arie saat dihubungi kumparanFOOD, Jumat, (24/8).
Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menyimpulkan bahwa kata 'sate' diduga berasal dari 'catai', yang berarti daging dalam Bahasa Tamil. Seiring berjalannya waktu, kelezatan sate pun mulai menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Selain itu, hadirnya budaya kuliner bangsa luar juga menciptakan asimiliasi. Hidangan sate khas Tamil dan Gujarat biasa disajikan dengan tusukan besi panjang, namun di Indonesia besi tersebut diubah menjadi tusukan yang terbuat dari bambu.
“Biasanya mereka memanggang daging dengan tusukan besi. Sementara di Indonesia karena lebih banyak bambu jadi dimanfaatkan. Dan cita rasanya pun disesuaikan dengan rasa lokal,” tambahnya.
Tak hanya sajian daging bakar sederhana, sate pun terus berkembang hingga menghasilkan jenis dan cita rasa baru yang menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Mulai dari sate rembiga, sate Padang, sate klatak, dan sate Madura. Selain di Indonesia, sate juga menyebar ke wilayah lainnya, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Beberapa sumber lainnya menyatakan, kehadiran sate berasal dari istilah Hokkian, yakni 'sa tae bak', yang berarti tiga potong daging. Meski banyak yang meyakini hal ini, namun beberapa golongan tak mengikutinya di kehidupan nyata, setusuk sate daging selalu menyisipkan minimal empat potong daging.
“Biasanya mereka memanggang daging dengan tusukan besi. Sementara di Indonesia karena lebih banyak bambu jadi dimanfaatkan. Dan cita rasanya pun disesuaikan dengan rasa lokal,” tambahnya.
Tak hanya sajian daging bakar sederhana, sate pun terus berkembang hingga menghasilkan jenis dan cita rasa baru yang menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Mulai dari sate rembiga, sate Padang, sate klatak, dan sate Madura. Selain di Indonesia, sate juga menyebar ke wilayah lainnya, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Beberapa sumber lainnya menyatakan, kehadiran sate berasal dari istilah Hokkian, yakni 'sa tae bak', yang berarti tiga potong daging. Meski banyak yang meyakini hal ini, namun beberapa golongan tak mengikutinya di kehidupan nyata, setusuk sate daging selalu menyisipkan minimal empat potong daging.
Komentar
Posting Komentar